A. KONSEP
DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Hemoroid
adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya apabila menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan.
Hemaroid sangat umum terjadi. Pada usia 50 tahun 50% individu mengalami
berbagai tipe hemorroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.
Hemoroid adalah bagian vena yang
berdilatasi kanal anal.
Hemoroid dibagi menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna.
Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis suparior dan media dan
hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai
dengan istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah
luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter.
(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah).
2. Klasifikasi
Hemaroid
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Hemaroid Intern adalah Vena yang
berdilatasi pada pleksus vena hemoroidalis superior dan media atau hemoroid
yang terjadi atas sfingter anal. Hemaroid intern ini dibagi menjadi 4 tingkat
yaitu :
1) Derajat i :perdarahan merah segar tanpa nyeri saat
defekasi, tidak terdapat prolaps, pada pemeriksaan anoskopi terlihat hemoroid
yg membesar menonjol ke dalam lumen
2) Derajat ii : menonjol melalui kanalis analis pada
saat mengejan ringan, tetapi dapat masuk kembali secara spontan
3) Derajat iii : hemoroid menonjol saat mengejan dan
harus didorong kembali sesudah defekasi
4) Derajat iv : hemoroid menonjol keluar dan tidak
dapat didorong masuk
b.
Hemaroid ektern yang merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemaroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutandidalam
jaringan dibawah epitel anus atau hemaroid yang muncul di luar sfingter anus.
3. Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan
kondisi medis atau penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat
meningkatkan resiko hemoroid seperti berikut ini :
a.
Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis
ulsertif atau penyakit Crohn.
b.
Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalahh
anorektal.
c.
Konsumsi makanan rendah serat.
d.
Obesitas
e.
Hipertensi portal.
4. Patofisiologi
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat.
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan,
atau prolaps.
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat
menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang biasa mengakibatkan kondisi
mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari
hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venus
return.
Kehamilan
atau obesitas memberikan tegngan abnormal dari otot sfingter internal juga
dapat menyebkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama.
Penurunan venus return dianggap
sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat
membaca) diyakini menyebabkan penurunan relative venus return di derah perianal (yang disebut dengan efek torniquet),
mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid.
Kondisi
penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps.
Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal decade ketiga
(Thornton. 2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai
penyebab dalam pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar mungkin juga
tidak (Johanson, 1994). Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal
istirahat lebih tinggi daripada biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi
lebih rendah daripada sebelum prosedur. Perubahan dalam tonus istirhat adalah
mekanisme aksi dilatasi (Gibbons, 1988).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam
hubungannya dengan hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan
hipertensi portal biasanya bersifat masif (Hosking, 1989). Varises anorektal
merupakan kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di
midrektum, di antara sistem portal dan vena inferior rectal. Varises terjadi
lebih sering pada pasien yang nonsirosis, dan mereka jarang mengalami
perdarahan (Chawla, 1991).
Hemorrhoid
interna:
Sumbatan
aliran darah system porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan terbentuk
kolateral pada vena hemorroidalis superior dan medius. Selain itu Sistem vena
portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Hemorrid
eksterna:
Robeknya
vena hemorroidalis inferior membentuk hematoma di kulit yang berwarna kebiruan,
kenyal-keras,dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
5. Manifestasi Klinis
Hemoroid
menyebabkan tanda dan gejala:
a. Rasa gatal dan nyeri.
b. Perdarahan berwarna merah terang
pada saat BAB.
c. Pada hemoroid eksternal, sering timbul
nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis
(pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan
nekrosis pada area tersebut.
7. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg membutuhkan
tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam
di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum
tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain
seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan
inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami
prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat
apabila penderita diminta mengejan.
a. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
b. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara
ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi
perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap
adanya darah samar.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.
a. Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau
semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang menolak
operasi.
1) Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara
memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola
makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel
Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat
tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi
jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara
merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman
ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang
lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
2) Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau
menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid
dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
a)
Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat
komersial yang yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.:
Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate
yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara
membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara
lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
b)
Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol,
Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
c)
Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida
yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas
dinding pembuluh darah.
d)
Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4
hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan
terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
3) Minimal Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan
penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara
lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan
jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.
b. Penatalaksanaan Tindakan Operatif
Ditujukan
untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau semua derajat hemoroid yang
tidak berespon terhadap pengobatan medis.
1) Prosedur ligasi pita karet
Hemorrhoid dilihat melalui anosop,
dan bagian proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita
karet kecil kemudian diselipkan diatas hemorrhoid. Bagian distal
jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm
dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan
melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun
pasien lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan
hemorroid sekunder dan infeksi perianal.
2) Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk
menghambat hemorroid dengan cara membekukan jaringan hemorroid selama waktu
tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas
yang berbau angat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
3) Laser Nd: YAG
Digunakan dalam
mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan
nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode paska
operatif.
4) Hemoroidektomi
Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter
rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemorroid diangkat dengan klem
dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur
operasi selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan
keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat diberikan
diatas luka kanal
c. Penatalaksanaan Tindakan
non-operatif
a. Fotokoagulasi inframerah, diatermi
bipolar, terapi laser adalah tekhnik terbaru yang digunakan untuk melekatkan
mukosa ke otot yang mendasarinya
b. Injeksi larutan sklerosan juga
efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Membantu mencegah prolaps.
Nursing Assesment:
a. Personal Hygiene yang baik terutama
didaerah anal
b. Menghindari mengejan selama defekasi
c. Diet tinggi serat
d. Bedrest/tirah baring untuk
mengurangi pembesaran hemoroid
8. Diagnosis Banding
Perdarahan rektum merupakan
manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
a. Karsinoma kolorektum
b. Penyakit divertikel
c. Polip
d. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus
dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif,
bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga harus
dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna.
9. Komplikasi
a. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama
- lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
b. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan
vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran
yang ada kuman - kumannya.
c. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar
menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi
apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk
pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam
ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering
terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia
karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang
keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan
pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan
mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan
kematian.
10.
Prognosis
Dengan
terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat dihilangkan. Pendekatan
konservatif harus dilakukan pada hampir setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi
cukup memuaskan. Untuk terapi lanjutan, mengedan harus dikurangi untuk mencegah
kekambuhan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN HEMOROID
1. PENGKAJIAN FOKUS
a.
Subyektif
1) Batasan karakteristik
a) Pola makan dan minum
-
Kebiasaan
-
Keadaan saat ini
b) Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan
hemorrhoid berkembang cepat
c)
Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid
lebih besar.
d)
Gejala / keluhan yang berhubungan
-
Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus
-
Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan
(menetes)
-
Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini,
faktor-faktor yang menyebabkannya dan upaya yang dapat menguranginya serta
upaya atau obat-obatan yang sudah digunakan)
-
Gatal dan pengeluaran sekret melalui anus
b. Obyektif
1) Batasan karakteristik
a) Pemeriksaaan daerah anus
-
Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid eksterna
dapat dilihat dengan jelas. Rasakan konsistensinya, amati warna dan apakah ada tanda
trombus juga amati apakah ada lesi.
-
Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)
b) Amati tanda-tanda kemungkinan anemia
:
-
Warna kulit
-
Warna konjungtiva
-
Waktu pengisian kembali kapiler
-
Pemeriksaan Hb
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan
intasi kulit/jaringan didaerah anus ditandai dengan kemerahan pada daerah anus,
pasien tampak meringis.
2) Konstipasi berhubungan dengan
nyeri pada saat defekasi
3) Risiko infeksi berhubungan
dengan prolaps dan strangulasi didaerah anus
4) PK Anemi
5) Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan adanya oedema dan pruritus pada daerah anus ditandai dengan
pasien mengeluh gatal dan perih pada daerah anus.
6) Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus ditandai oleh pasien
sulit untuk berjalan maupun duduk.
7) Ansietas berhubungan dengan
faktor psikologis rangsangan simpatis oleh karena proses inflamasi ditandai
dengan pasien tampak ketakutan.
III. RENCANA
TINDAKAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri
akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan usus dan pasien tampak meringis
|
·
Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
|
·
Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta
analgesik
|
|
·
Kaji laporan nyeri catat lokasi, lamanya intensitas
(skala 0-10) selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
|
·
Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi seperti perforasi, toksik.
|
|
|
|
·
Catat petunjuk non verbal seperti gelisah menolak
untuk berhati-hati, selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal
|
·
Bahasa tubuh/petunjuk nonverbal dapat secara
psikologis dan fisiologik dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal
untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
|
|
|
·
Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung,
ubah posisi
|
·
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping
|
|
|
·
Bersihkan arena rektal dengan sabun ringan dan
air/lap setelah defekasi dan berikan perawatan kulit seperi jeli, minyak
·
Berikan rendam duduk dengan tepat
·
Kolaborai dengan tim gizi dalam memodifikasi diet
sesuai dengan kebutuhan misalnya makanan tinggi serat
·
Kolaborasi dalam pemberian obat seperti :
-
Analgesik
-
Anodin supositoria
|
·
Melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi
·
Meningkatkan kebersihan dan kenyamanan pada adanya
iritasi didaerah anal
·
Makanan tinggi serat membantu melembekkan feces
sehingga feces mudah dikeluarkan.
·
Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu
penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan.
·
Merilekskan otot rektal menurunkan nyeri spasme.
|
2
|
Konstipasi
berhubungan dengan nyeri pada saat defikasi
|
·
Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi
peristaltik usus
|
·
Distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan
tanda bahwa fungsi defekasi hilang yang kemungkinan berhubungan dengan
kehilangan persarafan parasimpati usus besar dengan tiba-tiba.
|
|
|
·
Anjurkan minum 2000-2500 ml/hari kecuali bila ada
kontra indikasi
·
Berikan diet rendah sisa, tinggi serat, lunak sesuai
toleransi
·
Kolaborasi dalam pemberian pelunak feses. Anjurkan
defekasi sesegera mungkin bila dorongan terjadi
|
·
Membantu memperbaiki konsistensi feses bila
konstipasi.
·
Makanan rendah sisa tinggi serat membantu
memperbaiki konsistensi feses
·
Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi
|
||
3
|
Risiko
infeksi berhubungan dengan prolaps dan strangulasi didaerah anus
|
·
Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan
suhu tubuh
|
·
Adanya peningkatan suhu tubuh adalah karakteristik
infeksi.
|
|
|
·
Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak
membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia,
demam takipnea
|
·
Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi
menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi dan rendahnya
status curah jantung.
|
||
|
|
·
Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan
prolaps aseptik. Berikan perawatan paripurna.
|
·
Menurunkan risiko infeksi (penyebaran bakteri)
|
|
|
|
·
Berikan informasi yang tepat, jujur pada
pasien/orang terdekat
|
·
Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan
emosi, membantu menurunkan ansietas.
|
|
|
|
·
Kolaborasi dalam memberikan antibiotik sesuai
indikasi
|
·
Mungkin diberikan secara profilaksi atau menurunkan
jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhan bakteri
|
|
|
||||
4
|
PK
Anemi
|
·
Pantau tanda-tanda vital
|
·
Hipotensi, takikardi, peningkatan pernafasan,
mengindikasikan kekurangan cairan unipovolemia), turgor dan kelembaban kulit
|
|
|
·
Observasi dan catat frekuensi serta volume
pendarahan
|
·
Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada
hipovolemia/hemoragi
|
||
|
|
·
Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer dan warna
konjunctiva
|
·
Kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah
mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian
cairan tambahan
|
|
|
|
·
Pantau perkembangan hasil laboratorium misalnya Hb,
Ht dan warna konjunctiva
|
·
Indikator hidrasi/volume sirkulasi
|
|
|
|
·
Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral,
produksi darah dan/atau plasma ekspander sesuai petunjuk tingkatkan kecepatan
IV jika diperlukan
|
·
Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan catat waktu penggantian
volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi misalnya
ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, pingsan kardiovaskuler gerak bahu dan untuk mencegah ankilosis pada
bahu yang sakit.
|
|
|
||||
5.
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya oedema dan pruritus pada daerah
arus
|
·
Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi dan pruritus
|
·
Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan lebih intensif.
|
|
|
|
·
Gunakan krim kulit/ minyak sesuai yang
direkomendasikan oleh dokter
|
·
Untuk meliarkan kulit dan menurunkan gatal
|
|
|
|
·
Diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering,
perlu untuk mempertahankan aktifitas
|
·
Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan
mencegah tekanan lama pada jaringan hemoroid
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
||||
6
|
Intoleran
aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus ditandai
oleh pasien sulit untuk berjalan maupun duduk.
|
·
Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan
situasi yang spesifik
·
Catat
respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang
sesuai dengan pasien
·
Berikan perawatan hemoroid dengan baik
|
·
Aktifitas, jenis prosedur yang kurang berhati-hati
akan meningkatkan kerusakan daerah haemoroid
·
Imobilisasi yang dipaksakan dapat memperbesar
kegelisahan. Aktivitas pengalihan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian
pasien dan meningkatkan koping dengan keterbatasan tersebut.
·
Menurunkan resiko iritasi pada hemoroid
|
|
|
|
·
Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik + 30 menit
sebelum melakukan aktifitas
|
·
Antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan
ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman
selama pasien melakukan aktivitas.
|
|
|
||||
7
|
Ansietas
berhubungan dengan faktor psikologis/rangsangan simpatis oleh karena proses
inflamasi ditandai dengan pasien tampak ketakutan
|
·
Catat petunjuk prilaku misalnya peka rangsang,
gelisah
|
·
Indikator derajat ansietas misalnya pasien dapat
merasa tidak terkontrol (gelisah)
|
|
|
·
Dorong menyatakan perasaan berikan umpan balik
|
·
Membuat hubungan terapeutik membantu pasien dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
|
||
|
|
·
Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa
yang dilakukan
·
Kolaboratif dengan dokter dalam memberikan obat-obat
sesuai indikai (obat-obat pemenang)
|
·
Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan
memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.
·
Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat
|
|
IV. Implementasi
Implementasi
dilasanakan sesuai dengan intervensi.
V. Evaluasi
Diagnosa 1
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Pasien melaporkan nyeri
hilang/terkontrol
2) Pasien mampu mengungkapkan
metode yang memberi penghilangan
3) Pasien mampu
mendemonstrasikan penggunakan intervensi terapeutik (misalnya keterampilan
relaksasi dan menjaga kebersihan rektal untuk mencegah ekskoriasi)
4) Pasien tampak rileks
Diagnosa 2
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Menunjukkan perubahan
perilaku/pola hidup yang diperlukan sebagai penyebab, faktor pemberat.
2) Membuat/kembali pola normal
dari fungsi usus
Diagnosa 3
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Meningkatkan penyembuhan
iritasi pada daerah anus, bebas tanda infeksi dan mengurangi/menghilangkan
inflamasi
2) Pasien tidak mengalami
peningkatan suhu tubuh
3) Tanda-tanda syok septik tidak
terjadi
Diagnosa 4
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Mempertahankan hidrasi
adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, tugor kulit baik dan pengisian
kapiler baik, tanda vital stabil.
2) Perdarahan minimal sampai
hilang/tidak ada.
Diagnosa 5
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Pasien mengungkapkan rasa
gatal pada anus berkurang atau hilang
2) Pruritas dan kemerahan pada
area anus tidak ada
Diagnosa 6
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Menunjukkan kebebasan dalam
berjalan maupun duduk
Diagnosa 7
Kriteria hasil yang diharapkan :
1) Pasien menunjukkan rileks dan
melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani
2) Pasien menyatakan kesadaran
perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan
Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, 2000