Jumat, 18 Mei 2012

PAPER STATUS GIZI


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan faktor penting dalam kehidupan, karena makanan merupakan sumber energi tubuh. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan suhu tubuh, dan untuk menyediakan material mentah untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan kembali, dan pergerakan sel. Kebutuhan energi yang terus menerus memerlukan cukup nutrisi.
Nutrisi sendiri adalah substansi kimia di dalam makanan yang diperlukan tubuh. Fungsi nutrisi adalah sebagai bahan penghasil energi, membangun jaringan tubuh, membentuk jaringan tubuh, serta pengaturan fungsi tubuh. Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kegunaan nutrien yang spesifik untuk mengatur respons imun respons trauma dan penyakit.( Potter & Perry, 2006).
Pengertian pertumbuhan dan perkembangan mencakup peristiwa yang statusnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan lebih menekankan pada fisik, sedangkan perkembangan lebih menekankan padamental dan kejiwaan seseorang. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel , organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi 1 kalsium dan nitrogen tubuh). Kecepatan pertumbuhan berbeda pada setiap tahapan kehidupan, dipengaruhi oleh:
 a.Kompleksitas dan ukuran dari organ
 b.Rasio otot dengan lemak tubuh
Kecepatan pertumbuhan pada saat pubertas sangat cepat dalam hal tinggi badan, ditandai dengan perubahan otot, lemak dan perkembangan organ yang diikuti oleh kematangan hormon seks. Pertumbuhan (growth) yang optimal sangat sangat dipengaruhi oleh potensi biologisnya. Tingkat pencapaian fungsi biologis seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan: genetik, lingkungan bio-psiko-sosial, dan perilaku. Proses tersebut sangat unik, hasil akhirnya berbeda-beda dan memberikan ciri pada setiap anak.
1.2 Tujuan Penulisan
 Tujuan umum:
Mahasiswa mampu untuk memahami dan menjelaskan .tanda dan gejala kecukupan nutrisi.


Tujuan khusus:
a.       Mahasiswa mampu memahami dan  menjelaskan konsep penilaian status gizi.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tanda dan gejala kecukupan nutrisi.
c.       Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan ap itu IMT, BB, LLA, Head to toe..
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan membaca makalah ini diharap pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep tanda dan gejala kecukupan nutrisi.

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Istilah yang Berhubungan dengan Status Gizi 

Gizi (Nutrition)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

Status Gizi (Nutrition Status)
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi:
  1. Under Nutrition: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.
  2. Specific Defisiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
  3. Over Nutrition: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
  4. Imbalance karena disproporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Inpoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Upoprotein).
Kurang Energi Protein (KEP)                                                                                                          
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila indeks berat badan menurut amur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada Balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.

2.2 Metode Penilaian Status Gizi

A.    Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.

1.      Antropometri

a.      Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
b.         Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2.         Klinis

a.         Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
b.      Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3.      Blokimia

a.      Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

b.      Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
a.      Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
b.      Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
B.     Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
1.      Survei Konsumsi Makanan

a.      Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak lang¬sung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b.      Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang kon¬sumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2.      Statistik Vital

a.      Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
b. Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

3.      Faktor Ekologi

a.      Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
b.      Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw, 1964). Secara ringkas, penilaian status gizi
FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE PENILAIAN STATUS GIZI
Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi punyai kelebihan dan kelemaban masing-masing. Dengan menyadari kelebihan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan baran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan mengunakan metode adalah sebagai berikut.
Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perhi diperhatikan dalam memilih metode, seperti ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropome Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya gunakan metode biokimia.
Unit Sampel yang Akan Diukur
Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengamhi metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individi rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang diukur adalah kelompok atau masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan sebaiknya menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.
Jenis Informasi Yang Dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis info yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan berat dan badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yamg gunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti 1 badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode antropometri. Begitu apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi sebaiknya gunakan pengukuran faktor ekologi.

Tingkat Reliabilitas Dan Akurasi yang Dibutuhkan
Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan rasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode Idinis dalam menilai tinkat pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini tenaga medis dan paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi, Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.
Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.
Pengadaan jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan, ada yang diimport dari luar negeri dan ada yang didapat dari dalam negeri. Umumnya peralatan yang diimport lebih mahal dibandingkan dengan yang produksi dalam negeri.
Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi peng-gunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain.
Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analis kimia, karena menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yang hams dikuasai. Berbeda dengan penilaian status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih beberapa hari saja sudah dapat menjalankan tugasnya. Kader gizi di Posyandu adalah tenaga gizi yang tidak ahli, tetapi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun disana-sini masih ada kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri, seperti tinggi badan dan berat badan serta umur anak. Setelah mendapatkan data, mereka dapat memasukkan pada KMS dan langsung dapat menginterpretasi data tersebut
Penilaian status gizi secara klinis, membutuhkan tenaga medis (dokter). Tenaga kesehatan lain selain dokter, tidak dapat diandalkan, mengingat tanda-tanda klinis tidak spesifik untuk keadaan tertentu. Stomatitis angular, sering tidak benar di-interpretasikan sebagai kekurangan riboflavin. Keadaan ini di India diakibatkan dari kebanyakan mengunyah daun sirih atau buah pinang yang banyak mengandung kapur, yang dapat menyebabkan iritasi pada bibir.
Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempenganihi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan. Apa¬bila kita ingin menilai status gizi di suatu raasyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi tidak ditunjang dengan tenaga, biaya dan peralatan yang memadai.
Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan raetode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.
Jadi, pemilihan metode penilaian status gizi hams selalu mempertimbangkan faktor tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencennati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Masaiah Gizi
Masalah gizi utama di Indonesia masih didominasi oleh masalah Gizi Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan lodium (GAKY) dan masalah kurang Vitamin A (KVA). Disamping itu diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink yang sampai saat ini belum terungkapkan karena adanya keterbatasan Iptek Gizi.  
2.3 Antropometri Gizi
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Syarat yang mendasari penggunaan antropometri, ialah :
1.      Alat mudah didapat dan digunakan
2.      Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3.      Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus professional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan
4.      Biaya relative murah
5.      Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang sudah pasti
6.      Secara ilmiah diakui kebenarannya
Keunggulan antropometri, yaitu :
1.      Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang cukup besar
2.      Relative tidak membutuhkan tenaga ahli
3.      Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
4.      Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
5.      Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
6.      Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas
7.      Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
8.      Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
Kelemahan antropometri, yaitu :
1.        Tidak sensitive, tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu, missal Fe dan Zn
2.        Faktor di luar gizi (penyakit, genetic dan penurunan penggunaan energy) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
3.        Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran.
4.        Kesalahan terjadi karena : pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru
5.        Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan : latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.

Sebagai indicator status gizi, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Jenis parameter antropometri, ialah :
1.      Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor, 1980) :
·         Tahun umur penuh (completed year)
·         Bulan usia penuh (completed moth) : untuk anak umur 0-2 tahun
Untuk melengkapi data umur dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
·         Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau catatan lain yang dibuat oleh orang tuanya. Jika tidak ada, bila memungkinkan catatan pamong desa.
·         Jika diketahui kalender local seperti bulan Arab atau bulan local, cocokkan dengan kalender nasional
·         Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat orang tua atau berdasar kejadian penting (lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kades, pemilu, banjir, gunung meletus, dll)
·         Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan anak kerabat/tetangga yang diketahui pasti tanggal lahirnya.
·         Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal tidak diketahui, maka ditentukan tanggal 15 bulan ybs.

2.      Berat badan
·         Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).
·         Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.
·         Pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
·         Menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang
·         Pada remaja, lemak cenderung meningkta dan protein otot menurun
·         Pada edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh
·         Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Alasan pengukuran berat badan merupakan pilihan utama ialah :
·         Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan
·         Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodic memberikan gambaran pertumbuhan
·         Umum dan luas dipakai di Indonesia
·         Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
·         Digunakan dalam KMS
·         BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur
·         Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi.

3.      Tinggi badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur. Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap TB akan Nampak dalam waktu yang relative lama. TB merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. TB merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan BB terhadap TB. Alat ukur, yaitu alat pengukur panjang badan bayi dan microtoise.

4.      Lingkar lengan atas
LLA merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. LLA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LLA mencerminkan cadangan energy, sehingga dapat mencerminkan : status KEP pada balita dan KEK pada ibu WUS dan ibu hamil.
Alat yang digunakan ialah suatu pita pengukur dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastic. Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm, pada bayi 0-30 hari > 9,5 cm dan balita dengan KEP < 12,5 cm.
Kelemahannya ialah baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia, kesalahan pengukuran relative besar dibandingkan pada TB dan sensitive untuk suatu golongan tertentu, tetapi kurang sensitive untuk golongan dewasa.

5.      Lingkar kepala
LK adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. LK dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Dalam antropometri gizi rasio LK dan LD cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. LK juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.

6.      Lingkar dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahu, karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat.

7.      Jaringan lunak.
Antropometri dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat. Metode yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh (jumlah dan distribusi lemak subkutan) ialah :
·         Ultrasonic
·         Densitometry (melalui penempatan air pada densitometry atau underwater weighting)
·         Teknik isotop dilution
·         Metode radiological
·         Total electrical body conduction (TOBEC)
·         Skin-fold calipers

Indeks antropometri ialah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks antropometri, yaitu :
1)      Berat badan terhadap umur (BB/U)
Kelebihannya : lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat, baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis, indicator status gizi kurang saat sekarang, sensitive terhadap perubahan kecil, growth monitoring, pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau KEP, dapat mendeteksi kegemukan.
Kekurangannya : kadang umur secara akurat sulit didapat, dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun asites, memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita, sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, secara operasional memiliki hambatan social budaya.
2)      Tinggi badan terhadap umur (TB/U)
Kelebihannya : baik untuk menilai status gizi masa lampau, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, indicator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa.
Kekurangannya : TB tidak cepat naik, diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, ketepatan umur sulit didapat.
3)      Berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
Kelebihan : tidak memerluukan data umur, dapat membedakan proporsi badan, dapat menjadi indicator status gizi saat ini.
Kekurangan : karena faktor umur tidak dipertimbangkan maka tidak dapat memberikan gambaran apakah anak pendek atau cukup TB atau kelebihan TB menurut umur, sulit pengukuran TB pada balita, pengukuran relative lama, memerlukan 2 orang untuk melakukannya, sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran.
4)      Lingkar lengan terhadap umur (LLA/U)
Kelebihan : indicator baik untuk menilai KEP berat, alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, dapat digunakan oleh orang yang tidak baca tulis.
Kekurangan : hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat, sulit menemukan ambang batas, sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun.
5)      Indeks massa tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB.
IMT = BB (kg)
           TB2 (m)
Batas ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki ( n 20,1 – 25,0) dan perempuan (n 18,7 – 23,8)
6)       Tebal lemak bawah kulit menurut umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh. Lemak dapat diukur secara absolute dan relative terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Lemak bawah kulit pria 3,1 kg dan wanita 5,1 kg
7)      Rasio lingkar pinggang dan pinggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolism, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, disbanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Rasio lingkar pinggang-pinggul untuk perempuan 0,77 dan laki-laki 0,90.

BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan ( intake ) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) untuk berbagai fungsi biologis, seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan sebagainya.

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. 

Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks antropometri, yaitu : Berat badan terhadap umur (BB/U), Tinggi badan terhadap umur (TB/U), Berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan terhadap umur (LLA/U), Indeks massa tubuh (IMT), Tebal lemak bawah kulit menurut umur, Rasio lingkar pinggang dan pinggul.
























DAFTAR PUSTAKA

.      Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC


http://environmentalsanitation.wordpress.com/category/menentukan-status-gizi/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar