1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah
polusi udara merupakan masalah yang sangat serius sekali di negeri ini dan
merupakan masalah yang rumit untuk dipecahkan. Bukan hanya tanggung jawab
pemerintah saja, tapi juga merupakan tanggung jawab kita semua, yang sadar akan
bahaya polusi untuk ikut mengkampanyekan budaya mencintai “udara bersih dan
sehat”.
Kata
polusi yang membuat kuping kita gerah mendengarnya, imagenya adalah asap yang
berasal dari kendaraan bermotor yang sangat mengganggu hidup kita sehari-hari.
Dari mulai jalan raya sampai perumahan, pencemaran polusi sekarang ini
merupakan santapan kita sehari-hari. Apalagi di terminal bis. Asap hitam yang
tebal yang berasal dari knalpot sangat mengganggu pernafasan dan merusak
kesehatan.
Di Indonesia, kendaraan bermotor
merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan.. Berdasarkan dari sebuah survey,
Indonesia khususnya Jakarta, termasuk urutan ke 2 di dunia setelah Bangkok yang
paling tinggi tingkat polusinya.
Mobil dan kendaraan bermotor lain melepaskan
berbagai macam polutan (penghasil polusi) udara seperti karbon monoksida,
nitrogen dioksida, partikel sangat halus dan senyawa organik mudah menguap.
yang dapat mempunyai efek negatif terhadap tidak hanya lingkungan kita tetapi
juga terhadap kesehatan manusia. Orang yang tinggal dekat dengan jalan
raya/jalan besar (sumber utama polusi lalu lintas) diklaim mempunyai umur lebih
pendek dibandingkan dengan orang yang tinggal jauh dari jalan raya/jalan besar.
Emisi
kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan
senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat
pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini
membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan
oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama
saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara
visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar
solar, yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar
bensin. Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa
yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi
didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang
dapat membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan.
1.2 Tujuan Penulisan
a)
Untuk mengetahui apa itu polusi udara.
b)
Untuk mengetahui dampak polusi udara bagi kesehatan.
c)
Untuk mengetahui peran perawat dalam hal ini.
1.3 Rumusan Masalah
a)
Apa yang dimaksud dengan polusi udara?
b)
Bagaimana dampak polusi udara bagi kesehatan manusia?
c)
Apa saja peran perawat dalam menanggulangi polusi udara?
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang di gunakan oleh penulis dalam penulisan
mekalah ini adalah metode narasi dengan memaparkan tentang pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
2.1
Pengertian Polusi Udara
PP
No 41 tahun 1999 menyebutkan, “Setiap usaha dan atau kegiatan yang mengeluarkan
bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, merupakan sumber pencemaran”.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi
atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.
Secara
umum
definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan
kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan
manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat
berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran
udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan
dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global
atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
Defisiensi oksigen dalam tubuh dapat
menyebabkan seseorang sakit kepala pusing. Udara yang tercemar gas karbon
monoksida (CO) jika dihirup seseorang akan menimbulkan keracunan, jika orang
tersebut terlambat ditolonat mengakatkan kematian. Kandungan karbon monoksida
yang mencapai 0.1.% di udara dapat mengakibatkan kematian.
Penipisan lapisan ozon dapat
menyebabkan terjadinya kanker kulit (terutama untuk orang yang berkulit putih)
dan kerusakan mata (katarak). Limbah
rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menimbulkan berbagai macam penyakit,
diantaranya ialah penyakit kulit, kolera, dan disentri. Ketika menghirup udara yang tercemar timah, maka timah dapat
terabsorpsi kedalam darah dan terakumulasi di dalam hati, ginjal, dan tulang
yang akan mengganggu proses metabolisme tubuh, bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Konsentrasi merkuri tertinggi terdapat di
ginjal, hati, dan otak, sehingga dapat menyebabkan manusia mengalami kehilangan
sensasi, menjadi buta yang berasal dari ikan yang dikonsumsi dari teluk
Minamata di Jepang, bahkan dapat menyebabkan cacat janin pada ibu hamil yang
mengkonsumsi ikan tersebut. Kadmium yang masuk ke tubuh manusia melalui udara
(pernafasan) menyebabkan kerusakan ginjal dan meningkatnya tekanan darah (hipertensi).
2.2 Sumber Polusi Udara
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan
pencemar sekunder. Pencemar primer
adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran
udara. [Karbon monoksida]adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena
ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar
sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam [smog fotokimia]
adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Belakangan ini
pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global
dan hubungannya dengan pemanasan global yg mempengaruhi;
Kegiatan
manusia
- Transportasi
- Industri
- Pembangkit listrik
- Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan bakar
- Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sumber alami
- Gunung berapi
- Kebakaran hutan
- Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Sumber-sumber
lain
- Transportasi amonia
- Kebocoran tangki klor
- Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir sampah
- Uap pelarut organik
2.3 Polutan yang berpengaruh terhadap kesehatan
Polusi
udara yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia dan lingkungan adalah:
1) Gas Karbon monoksida (CO)
Gas
karbon monoksida (CO) di atmosfer dalam keadaan normal konsentrasinya sangat
sedikit sekitar 0,1 ppm. Di daerah perkotaan dengan aktifitas penggunaan
kendaraan bermotor dan industri yang padat, konsentrasi gas CO dapat mencapai
10 – 15ppm. Gas CO di dalam paru-paru bereaksi dengan hemoglobin pada sel darah
merah yang dapat menghalangi pengangkutan oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Tabel:
Konsentrasi gas CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh manusia bila kontak
terjadi pada waktu cukup lama
Konsentrasi gas CO di udara (ppm)
|
Konsentrasi COHb dalam darah (%)
|
Gangguan pada tubuh
|
3
|
0,98
|
Tidak
ada
|
5
|
1,30
|
Belum
begitu terasa
|
10
|
2,10
|
Gangguan
sistem saraf sentral
|
20
|
3,70
|
Gangguan
panca indera
|
40
|
6,90
|
Gangguan
fungsi jantung
|
60
|
10,10
|
Sakit
kepala
|
80
|
13,30
|
Sulit
bernafas
|
100
|
16,50
|
Pingsan
hingga kematian
|
(Ernawati
dkk. 2008)
Dampak
yang ditimbulkan adalah :
a.
Pusing/sakit
kepala
b.
Rasa
mual
c.
Pingsan
(ketidak sadaran)
d.
Kerusakan
jaringan otak
e.
Sesak
nafas
f.
Kematian
g.
Gangguan
pada kulit
h.
Gangguan
penglihatan (efek jangka panjang)
i.
Gas
sulfur oksida (SO), nitrogen oksida (NO) dan ozon (O3)
Dampak
negatif adanya penigkatan konsentrasi gas SO, NO dan O3 adalah :
a.
Iritasi
mata
b.
Radang
saluran pernafasan
c.
Gangguan
pernafasan kronis (bronkitis, emfisema dan asma)
d.
Gangguan
pada tumbuhan hingga kematian tumbuhan
2) Materi partikulat
Materi
partikulat adalah partikel-partikel yang berukuran kecil seperti serbuk batu
bara, serbuk kayu, serbuk batu, serbuk pasir, serbuk kapas, serbuk kwarsa,
serbuk asbes. Materi partikulat banyak terdapat di daerah industri,
pertambangan, daerah perkotaan yang padat penduduk dan daerah konstruksi
(pembangunan gedung).
Dampak
yang ditimbulkan adalah penyakit paru mulai dari peradangan hungga kangker
paru-paru.
Materi
partikulat yang lain adalah timbal (Pb) yang bersifat toksit (racun). Timbal
yang masuk ke dalam tubuh dan sudah terakumulasi dalam kosentrasi tertentu
dapat menyebabkan :
a.
menyerang
berbagai sistem tubuh seperti sistem pencernaan dan sistem syaraf.
b.
Radang
paru-paru sampai kanker paru-paru
c.
Gangguan
jantung
d.
Gangguan
ginjal
e.
Keterbelakangan
mental pada anak-anak
f.
Gangguan
kesehatan pada hewan
3) Asap rokok
Rokok terbuat dari tembakau mengandung Nikotin dan TAR. Nikotin
adalah zat adiktif yang menimbulkan ketergantungan / kecanduan. Tar adalah
senyawa polinuklir hidrokarbon aromatic Undang-undang pengendalian rokok
mensyaratkan kandungan Nikotin tidak boleh dari 1,5 mg dan kandungan tar tidak
boleh lebih dari 50 mg. Tar bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker)
Asap
rokok mengandung berbagai zat berbahaya yaitu :
·
formaldehide,
benzo-α-pyrene, (bagian dari tar)
·
nikotin,
·
gas
CO.
Dampak
yang ditimbulkan adalah :
a. Gangguan pernafasan
b. Penyakit jantung
c. Flek di paru-paru
d. Kanker paru-paru
4) Zat-zat penyebab kanker
Zat-zat
penyebab kanker banyak ditemukan dalam ruangan atau jenis polutan udara dalam
ruangan (indoor air pollutants).
Polutan
udara dalam ruangan antara lain:
a.
Kloroform
b.
para-diklorobenzena
c.
tetrakloroetilen
d.
trikloroetan
e.
radioaktif
(Radon (Ra))
Jika
konsentrasinya berlebih bisa menyebabkab kanker.
5) Suara
Polusi
suara terjadi jika amplitudo suara melebihi ambang batas yaitu 50 dB. Kekuatan
suara yang lebih dari 50 dB sudah mulai bising hingga memekakkan telinga yang
dapat menimbulkan :
a.
Gangguan
organ pendengaran
b.
Kerusakan
organ pendengaran
c.
Tuli
d.
Gangguan
jantung
e.
Sakit
kepala
f.
Stress
secara psikologis
6) Asbut (asap kabut)
Asap
kabut atau disingkat asbut (smog adalah singkatan dari smoke (asap) dan fog
(kabut)). Istilah ini muncul sekitar awal abad 20, ketika itu asap dan kabut
tebal menyelimuti kota London dampak dari revolusi industri besar-besaran di
kota tersebut.
Berdasarkan
jenis polutan penyebabnya:
a.
Asbut
industry
Plolutan penyebab asbut industri
adalah sulfur oksida (SO) dan materi partikulat yang berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil oleh industri. Materi partikulat yang terkandung dalam asbut
industri menyebabkan warnanya menjadi keabu-abuan.
b.
Asbut
fotokimia
Polutan utama penyebab asbut foto
kimia adalah senyawa gas nitrogen oksida (NO) yang berasal dari asap kendaraan
bermotor dan senyawa hidrokarbon yang berasal dari berbagai sumber. Gas
nitrogen oksida dan hidrokarbon diudara mengalami reaksi fotokimia membentuk
ozon (O3). Ozon diudara juga dapat bereaksi dengan polutan udara
lainnya membentuk senyawa-senyawa jenis polutan sekunder yang berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan. Nitrogen oksida diudara menyebabkan asbut
fotokimia berwarna kecoklatan.
Asap
kabut/ asbut dapat mengganggu penglihatan dan pernafasan.
2.4
Mekanisme
terjadinya gangguan kesehatan akibat polusi udara secara umum
Berikut ini
beberapa mekanisme biologis bagaimana polutan udara mencetuskan gejala
penyakit:
1.
Timbulnya reaksi radang/inflamasi pada paru, misalnya
akibat PM atau ozon.
2.
Terbentuknya radikal bebas/stres oksidatif, misalnya
PAH(polyaromatic hydrocarbons).
3.
Modifikasi ikatan kovalen terhadap protein penting
intraselular seperti enzim-enzim yang bekerja dalam tubuh.
4.
Komponen biologis yang menginduksi inflamasi/peradangan
dan gangguan system imunitas tubuh, misalnya golongan glukan dan endotoksin.
5.
Stimulasi sistem saraf otonom dan nosioreseptor yang
mengatur kerja jantung dan saluran napas.
6.
Efek adjuvant (tidak secara langsung mengaktifkan
sistem imun) terhadap sistem imunitas tubuh, misalnya logam golongan transisi
dan DEP/diesel exhaust particulate.
7.
Efek procoagulant yang dapat menggangu sirkulasi darah
dan memudahkan penyebaran polutan ke seluruh tubuh, misalnya ultrafine PM.
8.
Menurunkan sistem pertahanan tubuh normal (misal:
dengan menekan fungsi alveolar makrofag pada paru).
2.5 Dampak Polusi Bagi Manusia
a.
Dampak kesehatan.
Substansi
pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada
jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan
bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai
paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah
ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis,
dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai
toksik dan karsinogenik. memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang
berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari
kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan
akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015
b .Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat
pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit,
antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi
di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis
c. Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di
atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara
lain:
- Mempengaruhi kualitas air permukaan
- Merusak tanaman
- Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
- Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
d. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2,
CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari
yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam
lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
- Pencairan es di kutub
- Perubahan iklim regional dan global
- Perubahan siklus hidup flora dan fauna
e. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di
stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi
memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang
mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian
molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk
lubang-lubang pada lapisan ozon.
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B
matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit
pada tanaman.
Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan
a) Pajanan jangka pendek
- Berkurangnya aktivitas harian akibat sakit
- Jumlah absensi (pekerjaan ataupun sekolah)
- Meningkatkan resiko atau memperberat gejala asma dan alergi
- Gejala akut (batuk, sesak, infeksi saluran pernapasan)
- Perawatan di rumah sakit, kunjungan ke Unit Gawat Darurat atau kunjungan rutin dokter, akibat penyakit yang terkait dengan respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular.
- Perubahan fisiologis (seperti fungsi paru dan tekanan darah)
b) Pajanan jangka panjang
- Kematian akibat penyakit respirasi/pernapasan dan kardiovaskular
- Meningkatnya Insiden dan prevalensi penyakit paru kronik (asma, penyakit paru osbtruktif kronis)
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
- Kanker
Dampak Kesehatan Lainnya
1. Mengurangi Efektivitas kerja obat inhaler
- Polusi udara, yang bisa membuat saluran napas penderita asma meradang dan membengkak, ternyata juga bisa mengurangi efektivitas kerja obat inhaler (obat semprot). Padahal, obat inhaler sangat penting karena lebih efektif dan efeknya lebih cepat dalam mengendalikan asma. Dalam laporan yang dimuat dalam jurnal kesehatan Chest, Dr Fernando Holguin dari university of Pittsburgh, Pennsylvania, AS, menemukan, polusi udara dengan level polutan, seperti ozone dan nitrogen dioksida yang tinggi, akan membuat inhaler bekerja kurang efektif.
- Holguin dan timnya melakukan penelitian terhadap 85 anak penderita asma berusia 7-12 tahun untuk mengetahui dampak polusi udara terhadap daya kerja inhaler. Seluruh responden tinggal di Mexico City, yang memiliki tingkat polusi udara tinggi. 53 anak dalam studi ini memiliki asma yang ringan, 20 anak asma yang persisten dan 12 menderita asma persisten skala menengah. Hasil studi ini semakin menjelaskan mengapa gejala asma cenderung terkait dengan kadar polusi udara yang tinggi. Meski demikian Holguin mengatakan masih diperlukan penelitian dalam skala yang lebih besar untuk menguatkan studi ini. Selain kualitas udara yang buruk, faktor lingkungan yang menyebabkan asma antara lain adalah tungau debu rumah. Pada orang yang sensitif, kotoran tungau ini akan menyebabkan asma atau memicu alergi lain.
2. Pencemaran
Udara Ganggu Perkembangan janin
- Hasil studi di AS yang dipublikasikan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas sebagaimana dikutip situs BBC menyebutkan, tingginya paparan polusi dari asap kendaraan bermotor pada ibu pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan janin tidak tumbuh baik sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah.
- Studi itu melibatkan 336.000 bayi baru lahir sebagai subyek penelitian di New Jersey tahun 1999-2003. Para peneliti dari University of Medicine and Dentistry di New Jersey memakai informasi akta kelahiran dan data rumah sakit. Mereka merekam data para ibu hamil, termasuk etnik, status pernikahan, pendidikan, perokok atau bukan, dan tempat tinggal saat bayi lahir.
- Para ilmuwan juga mengambil data Badan Perlindungan Lingkungan AS tentang polusi udara dari titik pemantauan dengan radius 10 km di seluruh penjuru New Jersey. Data itu untuk memantau paparan polusi udara terhadap para ibu pada trimester pertama kehamilan, dari rumah ke tempat kerja.
- Hasil studi itu menunjukkan, dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi berbobot tubuh lahir normal, para ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan sangat rendah ternyata berusia lebih muda, tingkat pendidikan rendah, etnik Afrika-Amerika, perokok, miskin, dan orang tua tunggal.
- Ada dua jenis polusi kendaraan bermotor yang berdampak pada pertumbuhan janin, yaitu partikel hitam dan nitrogen dioksida. Dua jenis polusi itu bisa masuk paru-paru dan mengganggu fungsi organ itu.
3. Pencemaran
Udara Perberat Gangguan Pembuluh Darah dan Diabetes
- Sebuah penelitian terbaru menunjukkan hubungan kuat antara risiko terserang diabetes dan paparan asap knalpot, asap industri, dan jenis-jenis polusi udara partikulat halus. Masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat kualitas udara di bawah batas keselamatan Badan Perlindungan Lingkungan memiliki prevalensi diabetes lebih dari 20 persen lebih tinggi dari orang yang terkena polusi udara lebih sedikit.
- Brownstein dan rekan menghitung data gabungan Badan Lingkungkan Amerika terhadap partikulat udara halus hasil polusi udara. Kemudian menghubungkannya dengan data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan badan sensus Amerika tentang banyaknya orang yang menderita diabetes selama tahun 2004 dan 2005. Analisis tersebut menunjukkan hubungan yang kuat dan konsisten antara tingkat diabetes dan tingkat polusi udara. Walaupun temuan ini tidak membuktikan kaitan langsung polusi udara dengan epidemi diabetes, tetapi cukup menggambarkan peran faktor lingkungan lain dalam meningkatkan risiko diabetes selain fenomena lain yang sekarang sedang marak di dunia Barat, yakni obesitas. Bahkan, dalam penelitian pada hewan sebelumnya, peradangan kronis telah terbukti dapat meningkatkan resistensi insulin, yang mengarah ke diabetes. Bahan kimia dalam polusi udara telah dihubungkan dengan peradangan ini. “Untuk itu, kesimpulan kami tentang hubungan ini mungkin lebih kuat terjadi pada orang gemuk. Sebab, banyak bahan kimia terakumulasi dalam lemak,” tambah Brownstein
- Paparan polusi udara adalah faktor risiko penyakit kardiovaskuler,” kata John Brownstein, PhD, dari Children’s Hospital Boston dan Harvard Medical School. “Ini hanyalah satu bagian dari bukti bahwa dampak polusi kesehatan sungguh serius.”
2.6 Program Pemerintah Untuk
Mengurangi Polusi
Pemerintah dalam
upaya meningkatkan kualitas udara sejak tahun 1992 telah melaksanakan Program
Langit Biru sebagai upaya untuk mengendalikan pencemaran udara dari sumber bergerak (transportasi) dan tidak
bergerak (industri). Pengurangan pencemaran timbal dari kendaraan bermotor
terus diupayakan dan untuk wilayah DKI Jakarta pemasokan bensin tanpa timbal
diberlakukan pada 1 Juli 2001 sedangkan untuk wilayah lainnya pada tahun 2003. Dalam
upaya pengendalian pencemaran udara dari
sumber tidak bergerak telah
dilakukan pemantauan terhadap persyaratan teknis alat pengendalian pencemaran
udara bagi industri, pengukuran mutu emisi cerobong industri dan pemantauan
kualitas udara ambien di 10 kota besar. Selain itu juga memberi masukan teknis
untuk rancangan baku mutu emisi untuk industri baru (minyak dan gas, pabrik
pupuk fosfat, urea, amonium sulfat, asam fosfat serta majemuk-NPK), dan memberi
masukan teknis untuk rancangan peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Dalam
kaitan dengan emisi gas rumah kaca, terdapat dokumen strategi Antisipasi Dampak
Perubahan Iklim Gas Rumah Kaca terhadap lingkungan di Indonesia dan saat ini
sedang dilakukan studi strategi nasional Clean Development Mechanism (CDM)
serta alternatif-alternatif penggunaan bahan bakar selain fosil. Khusus
deposisi asam telah dilakukan persiapan Jaringan Kerjasama Pemantauan Deposisi
Asam Asia Timur (EANET=East Asia Network on Acid Deposition Monitoring).
Untuk mengganti bahan perusak lapisan ozon (BPO) telah dimanfaatkan dana hibah
dari Multilateral Fund (MF), dan terus dilakukan pengawasan penggunaan
CFC tanpa izin. Sebagai bagian dari penerapan pembangunan berkelanjutan, Agenda
21 sektoral untuk bidang pertambangan, energi, permukiman dan pariwisata di
tingkat nasional telah diluncurkan dan pada saat ini dalam proses sosialisasi.
Beberapa daerah telah memiliki Agenda 21 lokal dan pemerintah terus melakukan
bimbingan teknis penyusunan Agenda 21 ini.
2.7 Peran Perawat
Perawat
dapat melaksanakan perannya dengan memberikan health education untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak polusi dengan cara:
a. Memberikan
informasi secara intensif tentang dampak polusi udara gas buang kendaraan
bermotor pada keesehatan dan lingkungan, serta bagaimana cara mengatasinya.
Dengan mengetahui dampak polusi udara tersebut diharapkan tumbuh kesadaran
masyarakat untuk melakukan upaya mengatasinya.
b.
Melakukan pendidikan pelatihan pada
orang-orang yang potensial menjadi penyebab meningkatnya udara oleh gas buang
kendaraan bermotor. Orang-orang yang potensial antara lain : 1) Pengemudi 2)
Pemilik kendaraan bermotor 3) mekanik/teknisi yang melakukan perawatan.
Cara mengemudi kendaraan
mempengaruhi efisiensi kerja mesin dan pemakaian bahan bakar. Cara mengemudi
yang menyebabkan pemakaian bahan bakar menjadi boros sehingga polusi tinggi
antara lain : Pengemudi memainkan pedal gas saat kendaraan berhenti di lampu
pengatur lalu lintas, kaki selalu menempel pada pedal kopling sehingga kopling
menjadi sedikit slip, pemilihan tingkat transmisi yang tidak tepat.
c.
Peran serta masyarakat dalam mengurangi
polusi pada udara sangat di perlukan. Gerakan penghijauan seyogianya terus
ditingkatkan, terutama dimulai dari tempat tinggal masing-masing. Sangat
dianjurkan menggunakan pohon yang berdaun lebar atau yang berpotensi mengurangi
polusi udara. Misalnya setiap keluarga, terutama di kota, menanam sebuah bibit
pohon angsana. Niscaya lima tahun ke depan, telah tercipta lingkungan yang asri
dan terhindar dari polusi udara. Demikian pula taman-taman kota perlu
digalakkan dan disarankan jika ingin bepergian jarak dekat, gunakanlah sepeda
untuk mengimbangi polusi udara.
Selain itu, peran masyarakat untuk
mengatur dirinya sendiri juga sangat diperlukan. Harapannya, peran aktif
pemerintah dan masyarakat pada akhirnya bisa mengubah perilaku manusia dalam
memahami akan arti penting udara bersih, dengan mempraktikkan penggunaan energi
yang tidak memberi dampak pencemaran udara. Sehingga kelak udara bersih tak
lagi tersisih ke pegunungan dan desa-desa, tetapi juga tetap tersedia di
kota-kota besar.
3.1 Kesimpulan
Pencemaran udara adalah
kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa
definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya
dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Substansi
pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada
jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan
bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai
paru-paru. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi
saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan lainnya.
Perawat
dapat melaksanakan perannya dengan memberikan health education untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak polusi dengan cara Memberikan
informasi secara intensif tentang dampak polusi udara gas buang kendaraan
bermotor pada keesehatan dan lingkungan, serta bagaimana cara mengatasinya.
3.2 Saran
Diharapkan
antara pemerintah dan masyarakat saling bahu membahu untuk menciptakan udara
bersih dan bebas polusi.
DAFTAR PUSTAKA
Potter,
P.A & Perry, A.G.(2005). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. Eds 4. Jakarta: EGC
Sudrajad,
Agung., 2006 Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan diakses pada
tanggal 10 Desember 2011 dari:
http//kamase_ugm@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar